Sekolahku, Guruku: 24 Tahun Lalu dan Selamanya

NOSTALGIA SEKALIGUS BERBAGI PENGALAMAN

Pengalaman  indah  yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup saya karena pada Rabu, 8 Desember 2009 dan 3 Maret 2010 saya mendapat kesempatan langka bernostalgia di sekolah saya dulu karena saya diundang oleh MGMP Sanggar 10 Wonogiri untuk berbagi pengalaman menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kegiatan MGMP BERMUTU (Better Education through Reformed Management and ersal Teacher Upgrading) yang kebetulan dipusatkan di SMP N. 1 Purwantoro.
Dari sekian jenjang sekolah yang sempat saya lalui, di sekolah inilah saya merasa "besar".. Bagaimana saya tidak merasa "besar" karena di sekolah ini pula masa-masa "kejayaan" saya raih, tepatnya sekitar 24 th lalu. Ya, di sekolah ini mulai kelas II saya sempat mencapai puncak prestasi tertinggi. Saya masih ingat ketika kelas II saya sempat mendapat peringkat I paralel hingga saya mendapat hadiah yang luar biasa (pada waktu itu), yaitu bebas SPP selama 6 bulan. Kalau tidak salah ingat waktu itu per bulannya hanya Rp3.000,00. Dan masih terbayang jelas ekspresi kebanggaan Bapak saya ketika rapat walimurid, namanya disebut-sebut.
Meski saat kelulusan nilai saya jatuh tapi alhamdulillah saya masih menduduki peringkat 7 besar paralel, dan saya bisa dengan mudah melenggang masuk sekolah favorit di Ponorogo yaitu SMA I. Meski Bapak saya harus susah payah ngurus ijin  Semarang –Surabaya, karena lintas propinsi.

Di SMP dulu semua pelajaran saya suka karena saya merasa semuanya menyenangkan, mulai Mengetik, Karawitan, Bahasa Indonesia (terutama sastra), IPA, IPS  sampai Bahasa Inggris dan Matematika. Dua pelajaran terakhir inipula yang sering membuat saya  “tersipu-sipu” dipuji karena sering mendapat nilai terbaik.
Tetapi yang sering membuat saya malu adalah  pada pelajaran IPS saya pasti mendapat nilai yang rendah untuk nilai murni. Meski saya sudah berusaha belajar sampai ngumpulin soal-soal penyelesaian  waktu itu saya tidak pernah mendapat nilai yang baik di pelajara ini. Padahal wali kelas saya waktu itu (Pak Mulyono) mengampu IPS. Bapak saya waktu itu juga sempat merasa “pekewuh” kala mengambil raport karena nilai IPS saya selalu terjelek di antara mapel lainnya. Di nilai EBTA NAS murni saya pun nilai IPS saya terjelek. Entahlah, saya sendiri juga heran meski belajar keras selalu saja nilai IPS saya yang terjelek.
Untuk Matematika di SMP dulu adalah pelajaran yang paling mengesankan. Tanpa mengabaikan jasa guru-guru Matematika yang lain, guru saya waktu itu (Pak Tanto) yang paling membuat saya berkesan. Beliau mengampu kelas saya saat saya kelas III. Dengan gaya dan caranya yang inovatif pelajaran Matematika bukan sesuatu yang menakutkan bagi saya dan teman-teman waktu itu. Satu hal yang sampai sekarang saya dan teman-teman masih ingat adalah cara beliau menyampaikan konsep Trigonometri tentang nilai-nilai Trigonometri Sin, Cos dan Tangen di tiap kuadran. Waktu itu untuk memudahkan kami mengingat nilai-nilai yang positif di tiap kuadran beliau membuat singkatan Co Tang Si Al, yaitu nilai-nilai positif mulai dari kuadran IV. Nilai-nilai itu mudah sekali diingat karena Co Tang (dibaca “kotang”, dalam bahasa Jawa “kotang” (maaf) sangat familiar dan berarti pakaian dalam (BH). Meski terkesan negatif tapi ternyata singkatan itu dulu banyak membantu teman-teman saya dalam menyelesaikan soal-soal Matematika (Trigonometri).
Sebenarnya banyak kisah-kisah lucu, menarik dan mengisnpirasi saya ketika SMP dulu, dan kisah-kisah itu kini ketika saya baru saja ketemu lagi dengan beliau-beliau sungguh masih tergambar jelas.  Dan kebanggaan beliau atas apa yang saya capai sekarang ini adalah apresiasi yang luar biasa untuk saya selain doa restu beliau-beliau yang rela datang di hari pernikahan saya 10 tahun lalu.
Ketika bertemu kembali dengan beliau saya merasa, ternyata menjadi guru bisa awet muda. Nyatanya kala saya ketemu guru-guru saya, sepertinya masih sama dengan yang saya temui 24 tahun lalu. Apa muridnya yang cepet tua, entahlah. Yang jelas dari beliau-beliau inilah sampai saya bisa begini. Terimakasih Bapak/Ibu Guruku, engkau telah mengantarkanku mengikuti jejakmu yang sungguh mulia. Semoga jasamu menginspirasiku selamanya.