Info Kampus 30 Januari 2009 02.38 pm

INFO PALING GRESS....!

KEPADA MAHASISWA PESERTA SERTIFIKASI
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY
TAHUN 2008


Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh ketua suku (Bp. Supriyadi) lewat Bu Rinawati di coment blog ini (30 Januari 2008 02.38 pm) kepada seluruh peserta pendidikan Sertifikasi Guru Matematika di UNY, diharapkan masuk besuk pada :

Hari, Tanggal : Selasa, 10 Pebruari 2009

Waktu : Pukul 08.00 WIB

Keperluan : Mengisi KRS dan Pengarahan PPL atau PPM

Demikian pengumuman ini disampaikan, kepada teman-teman yang telah membaca Blog ini. Mohon informasi ini disebar luaskan ke teman yang lain dan untuk informasi lebih jelas bisa langsung menghubungi Bapak Ketua suku (Bp. Supriyadi)

MENGINTEGRASIKAN SENI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA




PENELITIAN TINDAKAN KELAS MATEMATIKA
dengan judul:
MENGINTEGRASIKAN SENI ”GARBAGE” DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

PENDAHULUAN
Bilangan pecahan merupakan materi yang sudah diajarkan kepada anak minimal kelas III SD, karena berhubungan dengan realitas kehidupan. Namun kenyataannya sampai saat masih banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep pecahan. Bukti empiris sulitnya pemahaman siswa tentang konsep pecahan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga ditemukan pada sekolah-sekolah di Amerika seperti yang dimuat dalam Jurnal Teaching Children Mathematics terbitan The National Council of Teachers of Mathematics atau NCTM di mana bilangan pecahan merupakan “a stumbling-blog(batu sandungan) pada pengembangan pengetahuan murid. Misalnya siswa sulit mengubah pecahan ke desimal atau sebaliknya (Ollive John, 2002: 356). Hal senada juga terjadi di Malaysia (Munirah Ghazali, 2005) di mana hasil penelitian pada 406 murid usia 11 tahun dari berbagai sekolah menunjukkan hanya 34 % yang paham tentang konsep pecahan.
Hasil pengumpulan informasi awal penulis terhadap siswa kelas VII F (38 siswa) tahun 2008/2009 SMP Negeri 25 Surakarta menunjukkan 24 siswa (63,2 %) menganggap matematika itu sulit, di mana sebanyak 65,8 % menyatakan kesulitan pada materi bilangan pecahan. Alasannya sebanyak 47,4 % siswa menganggap guru tidak jelas menerangkan, 34,2 % menganggap memang materi pecahan sulit, dan 11 siswa (28,9 %) mengaku kurang teliti, sisanya mengaku kurang latihan (tidak belajar).
Secara umum kesulitan siswa muncul karena bilangan pecahan di Sekolah Dasar (SD) hanya diberikan aturan perhitungan simbol tanpa pengertian secara nyata (peragaan). Kesulitan juga muncul karena metode pembelajaran pecahan yang keliru, di mana pelajaran matematika bukan pelajaran bernalar tapi menghapal (Iwan Pranoto, 2007). Meskipun kurikulum berubah, pendekatan pembelajaran guru masih banyak menggunakan cara mengajar konvensional. Seperti pengalaman Ratini (2005) dalam buletin Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (www.pmri.or.id).
Pembelajaran pecahan biasanya dimulai oleh guru dengan menggambar lingkaran atau persegi di papan tulis, kemudian membuat garis tengah lingkaran atau garis yang membagi dua sama luas daerah persegi tadi. Lalu, salah satu bagian diarsir, kemudian guru mengatakan bahwa bagian yang diarsir itu adalah setengah dari seluruhnya dan menulis di sampingnya ½. Kemudian dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan, siswa disuruh menjumlahkan, misalnya 1/4+2/4 = ¾, dan sering hanya menunjuk gambar di buku paket. Kadang-kadang siswa cenderung melihat angkanya saja, tidak memperhatikan gambarnya. Siswa melakukan penjumlahan tanpa tahu maknanya. Serba abstrak sehingga siswa mudah lupa.

HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pembelajaran pecahan selama ini sangat bertentangan dengan prinsip belajar matematika, di mana mengharuskan siswa mempelajari matematika dengan pemahaman. Hal ini karena matematika bersifat hirarkis, yaitu materi matematika itu tersusun rapi, ada urut-urutannya mulai yang rendah ke tinggi atau dari yang tinggi ke yang rendah. Hal ini yang membedakan matematika dengan ilmu lain karena pengertian/konsep atau pernyataan/sifat matematika terjaga konsistensinya. Implikasinya pemahaman pada suatu konsep akan mempengaruhi pemahaman pada konsep berikutnya yang berkaitan. Pemahaman dikatakan terjadi jika pengetahuan yang ada dalam otak menjadi satuan-satuan yang terkoneksi satu dengan yang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Andersen, J.R., et al (2000) bahwa pengetahuan dibangun melalui konstruksi pengetahuan di otak siswa sehingga sehingga terbentuk hubungan dan saling keterkaitan antara materi,. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang diharapkan dalam KTSP. Karakteristik pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah (Boudourides, 2005):
  1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,
  2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar (mengerjakan tugas berbeda atau penyelesaian masalah dengan berbagai cara,
  3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman kongkrit dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Contextual Teaching and Learning/CTL),
  4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama dengan orang lain atau lingkungannya,
  5. Memanfaatkan berbagai media, sehingga pembelajaran efektif,
  6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi menarik dan siswa mau belajar,
Sayangnya pembelajaran siswa belum mencapai tujuan tersebut, karena banyak siswa hanya menghapal. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktepatan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Banyak guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang berorientasi pada tahap-tahap pembukaan-penyajian-penutup. Max A Sobel dan Evan M Maletsky,(2002: 1-2) menganggap pendekatan ini 3M, yaitu: Membosankan, Membahayakan, Merusak minat siswa.
Oleh karena itu guru harus mengubah pola pembelajaran 3M dengan cara menggiring peserta didik untuk menemukan konsep-konsep secara mandiri. Dengan demikian siswa diharapkan tidak hanya mampu secara kognitif tetapi juga membentuk nilai dan sikap matematis seperti: sistematis, fleksibel, imajinatif, kreatif, berminat, termotivasi, disiplin, jujur dan efektif (Mohammad Soleh,1998: 9). Dengan demikian dalam belajar matematika selain mampu merangsang kemampuan pikir (intelektual) juga mampu mengasah kemampuan emosional siswa sehingga fungsi otak kiri dan kanan siswa dapat berkembang secara optimal.

PERAN INTEGRASI SENI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Seperti diketahui otak terbelah menjadi dua kiri dan kanan. Kedua belahan itu memiliki mekanisme yang berbeda dalam berpikir. Menurut Stephen Covey (dalam Moch Masykur dan Abdul Halim Fathani, 2007: 116). Penggunaan otak kiri merupakan spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Otak kanan mewakili cara berpikir non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran spasial, penggunaan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Kedua fungsi belahan otak itu jika sama-sama dikembangkan dan digabungkan dalam pembelajaran maka siswa akan mampu mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainnya (emosional dan spiritual). Selama ini otak kanan dibiarkan menganggur sehingga intelektualitas siswa berkembang kurang seimbang. Anak hanya pandai berpikir dan menilai tapi kurang intuitif, kreatif, dan dinamis. Ada anggapan untuk mempelajari matematika hanya menggunakan otak kiri saja. Aktivitas matematika memang memerlukan logika dan kecerdasan otak, namun itu saja tidak cukup. Agar berkembang, matematika membutuhkan kreativitas dan intuisi seperti halnya seni dan sastra. (M. Masykur dan Abdul Halim F, 2007: 68).
Dengan demikian kemampuan intelektual semata tidak cukup untuk belajar matematika, tetapi perlu didukung dengan kemampuan emosional dan spiritual. Pola pikir deduktif dan logis dalam matematika sangat bergantung pada kemampuan intuitif dan imajinatif. Di saat membaca novel aktifitas emosional (hati) yang menikmati. Saat belajar matematika kadang hanya kemampuan intelektual yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa kemampuan intelektual (pikir) sangat dipengaruhi kemampuan emosional dan spiritual (Abdusysyakir, 2007: 28-29). Oleh karena itu untuk mengingat materi matematika dengan baik perlu ada aktivitas menikmati dan merasakan, di samping aktivitas berpikir.
Sebagai implementasi harapan tersebut penulis berusaha menuangkan ide tentang integrasi seni “garbage” (sampah) dalam pembelajaran pecahan ke dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus. Siklus I bertujuan untuk mengetahui aktivitas, minat dan hasil belajar siswa, dalam mengikuti pembelajaran konsep dasar pecahan (pengertian bilangan pecahan, pecahan senilai dan urutan pecahan). Refleksi dari hasil pada siklus I, selanjutnya digunakan untuk melakukan tindakan pada siklus II yaitu pembelajaran konsep bentuk-bentuk pecahan dan cara mengubah pecahan ke bentuk lain (biasa, desimal, persen dan permil). Kegiatan pada siklus III dengan materi operasi pecahan. Masing-masing siklus mengintegrasikan seni (warna dan desain) menggunakan bahan-bahan sampah (garbage).
Penulis mengangkat masalah ini karena selama ini pembelajaran matematika saling asing dengan bidang ilmu yang lain seperti seni. Kurikulum bidang seni juga jarang diintegrasikan dengan pelajaran lainnya. Seni kadang-kadang hanya dihubungkan dengan menyanyi, menari dan menggambar. Selain itu penulis sepaham dengan beberapa pendapat tentang manfaat seni dalam matematika (www.mathartfun.com), di mana: (i) sangat baik untuk perkembangan otak, (ii) meningkatkan kecintaan peserta didik (orang secara umum) terhadap matematika, dan (iii) perintis pembelajaran matematika (dan seni) dari perspektif berbeda.
Penelitian relevan tentang manfaat media seni telah dilakukan Ramlan (2004), dan disimpulkan bahwa: (1) gambar seni yang diguakan sebagai media pembelajaran matematika, akan melahirkan aktivitas pada proses pembelajaran; dan dapat memberikan motivasi siswa untuk belajar; dan (2) Media gambar seni rupa apabila digunakan untuk pembelajaran matematika akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Aziz Omar, (2005) bahwa bahan manipulatif dapat digunakan untuk untuk menjelaskan sesuatu idea yang abstrak, sehingga mudah memahami suatu konsep. Dalam hal ini pecahan.

HASIL PENELITIAN
Secara kognitif, pendekatan pembelajaran meningkatkan peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus I (63,97), siklus II (67,39) dan siklus III (70,42). Sedangkan ketuntasan belajar yang dicapai siswa, pada siklus I (57,89 %), siklus II (73,68 %) dan siklus III(84,21 %) atau terjadi kenaikan ketuntasan belajar siswa sebesar 26,32 % dari siklus I ke siklus III.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa integrasi seni dalam pembelajaran matematika materi pecahan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memanfaatkan kreativitas, imajinasi dan intuisi mampu mengoptimalkan semua kecerdasan yang dimiliki siswa sehingga intelektualnya terasah. Integrasi seni ke dalam pembelajaran matematika juga memberi kesempatan murid berkreasi dengan pengalamannya memadukan seni dengan matematika dan menghubungkannya dengan kemampuan matematika pecahan. Dengan cara mengidentifikasi porsi warna, menurut desain mereka sendiri, murid akan merekonstruksi pengetahuannya untuk memahami konsep pecahan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Farsi & Freiberger (2005: 6) dan Betts Paul (2003) di mana integrasi seni dalam pembelajaran matematika akan mengembangkan ketrampilan visual yang meningkatkan imajinasi dan kreativitas sehingga dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar siswa. Murid dapat meningkatkan aktivitasnya dengan model representasi bilangan pecahan yang bervariasi secara gambar, verbal, simbol dengan bilangan dengan manipulasi fisik menggunakan kotak dan warna dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Selain itu keindahan dalam seni juga membantu intuisi dalam matematika yang akan membantu proses pencararian kebenaran dalam kehidupan siswa, sehingga menumbuhkan nilai-nilai kemanusian (humanisme) dalam diri siswa seperti kepedulian, empati dan tenggang rasa.






Benarkah Guru Sejati Sudah Mati ...?

Geguritan (Puisi Jawa) berikut merupakan bahan renungan keprihatinan saya ketika melihat dan mendengar "sepak terjang" rekan-rekan guru yang melakukan tindakan kurang terpuji ("demo") ketika dinyatakan tidak lolos PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) di Rayon 13 Karesidenan Surakarta atau buat rekan-rekan guru lainnya...

Buat rekan-rekan guru marilah kita renungkan....! (Mohon maaf belum sempat diterjemahkan)


SANG GURU

Dening: Susilowati S. Hardjono

Solo Pos, Kamis, 20 November 2008


Guru-guru sejati wis mati, Sing ana guru palsu

Malsu dokumen, malsu katrangan, Malsu portofolio

Obahe kaya mili kenter

Kaya ora keduman, Sapa kanca sapa lawan

Yen prelu cepet disikat, Sikat sikut kana

Lena ing bebaya

Obahing jagat kang nggegirisi

Ati mati, Hawa amba

Guru-guru padha mbingungi

Sertifikasi

Adhem panas rina wengi

Sebab sejati ora gaji sing digoleki

Tentreming ati kaya wingi-wingi

Padha padudon, rebutan balung

Bathok bolu ora isi madu, Prahara dawa

Ing ngendi jejering guru sejati, Apa wis mati?

Bali mulih ing nurani

Rakyate sekarat kok jaluk mundhak gaji

Ilmu ukuraning gaji

Bali mulih ing ati

Apa tegel nyawang bayi sekarat mati?

Ora ana sing dipangan

Aja gumunan aja kagetan, Jaman malik puteran

Ati temata titi ngati-ati, Yen ora tundhone diri pribadi

Sing kena pokaling jaman

Nepsu budi hangrasawani



Ini dari Pak Achmad Agus lagi ...!


Guru sejati bakal lahir maneh.
Ora mung sawiji, bakal gilir gumanti,

Nggladhi kadigdayan ing kawah condro dimuko
dimen dadi guru kang temen, pinter, jujur, tumusing ati
Condro dimuko UNY amung sawiji
Luwih akeh maneh kang bakal nututi.


Informasi Kampus

Informasi berikut saya peroleh lewat email dari Pak Kandar pada 24 Januari 2009 09:59.

PENGUMUMAN
MAHASISWA PESERTA SERTIFIKASI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI UNY
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh ketua suku (Bp. Supriyadi)

Kepada seluruh peserta pendidikan sertifikasi guru Matematika di UNY, diharapkan masuk besuk pada :
Hari, Tanggal : Senin, 2 Pebruari 2008
Waktu : Pukul 09.00 WIB
Tempat : Ruang Perkuliahan UNY
Keperluan : Mengisi KRS dan Pengarahan PPL atau PPM

Demikian pengumuman ini disampaikan, kepada teman-teman yang telah membaca Blog ini mohon informasi ini disebarluaskan ke teman yang lain dan untuk informasi lebih jelas bisa langsung menghubungi Bapak Ketua suku (Bp. Supriyadi)
atas perhatiannya diucapkan terima kasih.


Seksi Woro-woro
ttd
Sukandar,S.Pd


Info Ujian Nasional

Jadwal Ujian Nasional dan POS Pelaksanaan UN Tahun 2009
Sumber: www.depdiknas.go.id
Jakarta, 15 Desember 2008

Berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan jadwal Ujian Nasional sebagai berikut :

Berdasarkan kesepakatan bersama:

- SMA/MA (20 -- 24 April 2009)
- SMP/Mts (27 -- 30 April 2009)
- SD/MI (11 -- 13 Mei 2009)
- SMK/SMALB (20 -- 22 April 2009)

Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut silakan menghubungi:


Kaharuddin Arafah
HP : (021) 23610477
E-mail : kaharbsnp@yahoo.co.id
eltigakahar@yahoo.com
Dr. Gaguk Margono
HP : 081514526365
E-mail : g_margono@yahoo.com

Untuk kisi - kisi Ujian Nasional dapat dilihat dalam:

Peraturan Mendiknas Nomor 77 Tahun 2008

Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah(SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009.

Peraturan Mendiknas Nomor 78 Tahun 2008
Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTS/SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2008/2009.

Peraturan Mendiknas Nomor 82 Tahun 2008
Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2008/2009.

Prosedur Operasi Standar (POS) Pelaksanaan UN Tahun 2009 dapat dilihat di sini:

POS UASBN untuk SD/MI/SDLB Tahun Pelajaran 2008/2009


POS UN UNTUK SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK Tahun Pelajaran 2008/2009

Info Depdiknas

Depdiknas Akan Menyusun Kriteria Kinerja Guru
Sumber: Pers Depdiknas Jakarta
Kamis 22 Januari 2009


Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Depdiknas akan menyusun kriteria kinerja guru. Dirjen PMPTK Baedowi mengatakan, kriteria kinerja ini akan dijadikan indikator untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi guru. Selain itu, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan profesional guru bagi yang telah mendapatkan sertifikat profesi.

Baedhowi mengatakan, penerbitan sertifikat profesi bagi guru adalah untuk keprofesiannya, tetapi pembayaran tunjangan profesi adalah berdasarkan atas kinerjanya. Salah satu syaratnya, kata dia, sesuai Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, yakni memenuhi beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dalam satu minggu. "Jadi kinerjanya itu walaupun memenuhi 24 jam tatap muka, tetapi harus dilihat indikator kinerja yang sekarang sedang dikerjakan," katanya usai mengikuti acara penandatanganan MoU bidang pendidikan antara Indonesia dengan Turki di Depdiknas, Jakarta, Kamis (22/1/2009).

Baedhowi menyebutkan, jumlah kumulasi guru yang telah disertifikasi pada 2007 dan 2008 adalah sekitar 360.000 orang. Mulai Januari 2009, kata dia, sudah dipersiapkan pembayaran tunjangan profesinya. Sementara, target guru yang disertifikasi pada 2009 adalah sebanyak 200.000 orang dan pembayaran tunjangan profesinya akan dimulai pada 2010. "Pembayaran ditujukan terutama bagi peserta yang sudah lulus lama, sedangkan yang baru lulus diminta melengkapi berkas untuk diterbitkan SK tunjangan profesi pendidik," katanya.

Baedhowi menegaskan, tidak ada perubahan dalam sistem sertifikasi guru, tetapi perubahan pada pekerjaan kepengawasan terutama bagi pengawas dalam jabatan. Menurut dia, untuk menjaga agar pengawas bekerja secara profesional diperlukan pengawas yang betul - betul memahami proses pembelajaran. "Kalau pengawas tidak menguasai proses pembelajaran kan sulit. Oleh karena itu, dicari mereka yang punya pengalaman sebagai guru atau kepala sekolah," katanya.***

Doa Seorang Guru

Doa Terampun-Ampun

Karya: Emha Ainun Najib

Sumber: Menjadi Guru Bintang

(Amir Tengku Ramli, 2007: 120 -121).


Duh Maha Resi yang mengetahui jumlah kelopak bunga seluruhnya yang telah gugur, yang sedang kembang serta yang baru tumbuh di bumi dan langit

Ampunilah kebodohan kami


Duh Maha Empu yang mengerti batas terkecil dan batas terbesar dari setiap jiwa dan raga, penjaga yang terahasia dari kenyataan, pemelihara yang paling nyata dari rahasia, seluruhnya di bumi dan langit serta yang tak di keduanya.

Ampunilah kekerdilan kami


Duh Maha Guru cakrawala segala kemungkinan dan ketidakmungkinan, wilayah tak berhingga dari segala ketinggian dan keagungan, penggenggam kunci misteri kebenaran dan keadilan, satu-satunya yang sanggup menerangkan cinta dan keindahan.

Ampunilah Ketidaksabaran kami


Duh Maha Raja yang bertahta tanpa singgasana, yang bersemayam tanpa tempat, yang bernafas tanpa udara, yang berenang tanpa samudra, yang menerangi, tanpa cahaya, yang hidup tanpa kehidupan, yang suci dari segala ilmu kandungan ruang dan waktu

Ampunilah keangkuhan kami


Duh Maha Pendekar yang sanggup meremas seluruh tata jagad raya menjadi setetes sunyi, yang mampu meniup kehidupan ini sekarang juga sehingga menjadi tiada, yang dengan seucapan “KUN” bias membuat segala sesuatu menjadi sia-sia

Ampunilah kebusukan hati kami


Duh Maha Kekasih, kalau tak Paduka bangunkan kami dari tidur, kalau Paduka potong Seurat nadi kesadaran kami, kalau Paduka hempaskan dan aduk gunung-gunung dan samudra dengan ujung jari Paduka tanpa Paduka kami semua Paduka matikan. Duh Maha Kekasih, Duh Maha Kekasih

BERKAHILAH PROFESI KAMI…


Tambahan dari Pak Achmad Agus S:


"Wahai Engkau Pemegang Keampunan, ampunilah aku, karena baru kusadari bahwa diriku ini tidak banyak mohon ampun kepadamu ...."