SMP Negeri 11 Surakarta merupakan salah satu ekolah “PLUS” yang berada di pinggiran
kota Surakarta, tepatnya di kelurahan
Kedunglumbu, kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta. Sekolah “PLUS” merupakan sekolah khusus yang
menerima siswa dari keluarga miskin (gakin) kota Surakarta dengan SK Walikota No 420/56-c/1/2012 tanggal 1 Juni 2012.
Sebagai sekolah khusus siswa gakin, banyak tantangan dan hambatan
yang dihadapi SMPN 11 Surakarta, baik dari segi prestasi (akademik dan non akademik)
maupun sarana prasarana dan lingkungan yang kurang mendukung pembelajaran. Selama
ini ada citra (image) negatif yang
melekat pada sekolah PLUS sebagai sekolah
tanpa modal, siswanya nakal, tidak disiplin dan bodoh. Dari hasil kajian
melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) banyak
komponen belum memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
Sebagai upaya membangun citra sekolah yang positif maka penulis selaku kepala sekolah mengambil langkah-langkah membangun citra sekolah yang positif dengan menggali potensi dan mengelola sumber daya yang ada di SMPN 11 Surakarta dengan Manajemen Citra (Mantra). Langkah yang dikembangkan melalui MANTRA secara umum menuju pemenuhan SPM, yang secara khusus sebagai berikut: (1) peningkatan budaya dan lingkungan sekolah yang berkarakter, (2) peningkatan semangat dan motivasi berprestasi, (3) peningkatan potensi dan pengembangan diri siswa, (4) pemberdayaan dan pengembangan diri guru, dan (5) sosialisasi program sekolah ke warga masyarakat yang lebih luas.
Hasil dari penerapan MANTRA adalah: (1) meningkatnya capaian SPM, (2) meningkatnya kedisiplinan dan tertibnya administrasi sekolah dan pembelajaran guru, dan lingkungan sekolah yang bersih dan hijau, (3) banyaknya hasil karya dan kreativitas siswa, (4) meningkatnya capaian prestasi siswa, dan (5) adanya pengakuan dari masyarakat akan kemajuan yang dicapai SMP 11 Surakarta.
Dampak dari penerapan MANTRA adalah terciptanya budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif, meningkatnya semangat siswa dan guru, adanya citra positif akan kemajuan SMP Negeri 11 Surakarta dan kemudahan sosialisasi program sekolah di media massa. Kendala yang dihadapi adalah perubahan mindset sebagian guru membutuhkan waktu yang lama, minimnya sarana penunjang, dan program sekolah gratis menyebabkan banyak orangtua siswa apatis terhadap perkembangan sekolah.
Rekomendasi yang diajukan adalah perlunya kepala sekolah dan guru mengembangkan kegiatan pengembangan budaya sekolah secara terpadu dan komprehensip, pengembangan potensi siswa dan guru lebih intensif dengan program-program yang kreatif, memberikan reward yang lebih baik, dan sosialisasi program yang lebih luas. Bagi masyarakat dan pemangku kepentingan diharapkan ikut berperan aktif dalam keberlangsungan program sekolah.
Sebagai upaya membangun citra sekolah yang positif maka penulis selaku kepala sekolah mengambil langkah-langkah membangun citra sekolah yang positif dengan menggali potensi dan mengelola sumber daya yang ada di SMPN 11 Surakarta dengan Manajemen Citra (Mantra). Langkah yang dikembangkan melalui MANTRA secara umum menuju pemenuhan SPM, yang secara khusus sebagai berikut: (1) peningkatan budaya dan lingkungan sekolah yang berkarakter, (2) peningkatan semangat dan motivasi berprestasi, (3) peningkatan potensi dan pengembangan diri siswa, (4) pemberdayaan dan pengembangan diri guru, dan (5) sosialisasi program sekolah ke warga masyarakat yang lebih luas.
Hasil dari penerapan MANTRA adalah: (1) meningkatnya capaian SPM, (2) meningkatnya kedisiplinan dan tertibnya administrasi sekolah dan pembelajaran guru, dan lingkungan sekolah yang bersih dan hijau, (3) banyaknya hasil karya dan kreativitas siswa, (4) meningkatnya capaian prestasi siswa, dan (5) adanya pengakuan dari masyarakat akan kemajuan yang dicapai SMP 11 Surakarta.
Dampak dari penerapan MANTRA adalah terciptanya budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif, meningkatnya semangat siswa dan guru, adanya citra positif akan kemajuan SMP Negeri 11 Surakarta dan kemudahan sosialisasi program sekolah di media massa. Kendala yang dihadapi adalah perubahan mindset sebagian guru membutuhkan waktu yang lama, minimnya sarana penunjang, dan program sekolah gratis menyebabkan banyak orangtua siswa apatis terhadap perkembangan sekolah.
Rekomendasi yang diajukan adalah perlunya kepala sekolah dan guru mengembangkan kegiatan pengembangan budaya sekolah secara terpadu dan komprehensip, pengembangan potensi siswa dan guru lebih intensif dengan program-program yang kreatif, memberikan reward yang lebih baik, dan sosialisasi program yang lebih luas. Bagi masyarakat dan pemangku kepentingan diharapkan ikut berperan aktif dalam keberlangsungan program sekolah.
3 komentar:
Sumber informasi yang sangat bermanfaat semoga sukses selalu
salam sukses selalu
WAPKA MP3
STAFABAND
GUDANG VIDEO
Posting Komentar