Tanggapan

Kuliah Perencanaan Pembelajaran
dan Praktek Pembelajaran
(Bpk Faizin dan Bpk Mintarjo)

Saya merasa beruntung mendapat kesempatan mengikuti pendidikan sertifikasi di Program Pendidikan Matematika UNY ini dan berkesempatan ketemu Dosen seperi pak Marsigit yang selalu inovatif dalam setiap perkuliahannya.
Selain itu saya salut dan berterima kasih kepada Marsigit yang telah memfasilitasi kami dengan adanya blog ini yang memungkinkan kami bisa berkomunikasi lebih intens dengan Pak Marsigit. Dengan blog ini insyaallah akan menjembatani keterbatasan informasi bagi kami, yang mungkin sulit kami ungkapkan ketika tatap muka di kelas karena khawatir pertanyaan/tanggapan kami sebagai sesuatu yang ”mengkawatirkan”. Dengan blog ini saya yakin, apa yang telah Bapak upload dalam blog ini akan menjadi “pencerahan” (mengutip istilah Pak Faizin) bagi saya dan juga rekan-rekan guru lainnya.


Berkaitan dengan ulasan Pak Marsigit tentang apa yang disampaikan Pak Faizin dan Pak Mintarjo, saya juga sepakat bahwa sudah saatnya guru harus bangkit dari tidur panjang yang meninabobokkan kita selama ini. Mengutip ulasan Rhenald Khasali (dalam bukunya Change) sudah saatnya kita berpikir “seberapa jauh jalan salah yang sudah kita tempuh, putar arah sekarang juga” untuk berubah (kea rah lebih baik).
Evaluasi yang telah disampaikan Bapak terhadap proses pembelajaran Pak Faizin dan Pak Mintarjo, juga mungkin sering saya lakukan dan mungkin menjadi potret pembelajaran banyak guru selama ini.
Meskipun hal itu tidak baik, tapi kadang-kadang kondisi di lapangan menuntut saya harus selalu membimbing siswa, karena ketika kita arahkan untuk bekerja mandiri waktu pelajaran tersita karena anak-anak tidak bekerja mandiri malah ramai sendiri. Mayoritas siswa di sekolah saya, ketika diberi kepercayaan, tanggungjawab untuk aktif dan kreatif dengan lembar kerja yang telah saya siapkan justru ribut sendiri sehingga pembelajaran yang sudah saya rencanakan tidak berjalan dengan baik. Meskipun saya sering menyiapkan LKS untuk mengaktifkan siswa, sering yang saya alami materi tidak bisa terselesaikan dan konsep yang ingin saya sampaikan juga tidak bisa dipahami anak. Kondisi ini juga diperparah dengan model pendidikan di wilayah kami (Solo) yang masing menggunakan pola Tes Bersama (Tengah Semester I, Semester I, Tengah Semester II dan Kenaikan Kelas). Hal ini membuat kami kadang repot karena membuat kami tidak bisa kreatif memilih materi yang bisa membangun konstruktivisme siswa, karena kami dikejar-kejar target dari sekolah (KS) agar materi selesai untuk tes bersama. Padahal di wilayah Solo sekolah kami adalah sekolah peralihan (bekas ST) dengan siswa dari sosial ekonomi rendah, kemampuan akademis di bawah rata-rata, sikap dan motivasi siswa juga rendah.
Untuk mencari kondisi aman dari administrasi membuat saya dan guru-guru lain kadang-kadang menggunakan pembelajaran transfer of knowledge yang penting materi selesai.

Dengan kuliah Perencanaan Pembelajaran dan evaluasi-evaluasi dari Pak Marsigit, saya menyadari mungkin selama ini apa yang saya lakukan barangkali masih kurang sabar dan tekun. Beberapa hikmah yang saya petik dari ulasan-ulasan Pak Marsigit adalah beberapa hal sebagai berikut:
  1. Perlunya perubahan peran guru, dari “teacher centered” ke “student centered”. Dengan kesabaran mungkin, murid kita yang kita anggap tidak tahu apa-apa sebenarnya memiliki potensi terpendam yang perlu kita gali. Dengan demikian guru tidak memperlakukan memperlakukan siswa sebagai “celengan” tempat tabungan hapalan-hapalan siswa yang harus dikeluarkan saat ulangan.
  2. Perlunya perubahan paradigma mengajar (teaching) menjadi paradigma belajar (learning). Dalam paradigma mengajar menekankan konsep “to have” bahwa guru berperan sebgai penguasa atas pengetahuan yang diajarkan pada siswa. Sudah seharusnya guru menekankan konsep “to be” sehingga guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator bagi proses belajar mengajar.
  3. Pentingnya usaha peningkatan kompetensi guru agar lebih inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik dalam perencanaan pembelajaran, peraga yang sesuai dan penyiapan lembar kerja (yang benar-benar lembar kerja bagi siswa). Hal ini perlu dilakukan guru dengan mengkaji berbagi sumber-sumber belajar bagi guru ntuk medapat literature reevan (buku, intenet) sebagai sumber investasi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya.
  4. Guru harus mengajar dengan kedalaman nilai-nilai paedagogis, sehingga menekankan belajar yang memposisikan diri sebagai “mitra belajar bagi siswa” bukan menekankan “saya guru kamu murid”. Sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran yang menghidupkan nilai-nilai dan jiwa peserta didiknya.

Tidak ada komentar: