Doa Seorang Guru

Doa Terampun-Ampun

Karya: Emha Ainun Najib

Sumber: Menjadi Guru Bintang

(Amir Tengku Ramli, 2007: 120 -121).


Duh Maha Resi yang mengetahui jumlah kelopak bunga seluruhnya yang telah gugur, yang sedang kembang serta yang baru tumbuh di bumi dan langit

Ampunilah kebodohan kami


Duh Maha Empu yang mengerti batas terkecil dan batas terbesar dari setiap jiwa dan raga, penjaga yang terahasia dari kenyataan, pemelihara yang paling nyata dari rahasia, seluruhnya di bumi dan langit serta yang tak di keduanya.

Ampunilah kekerdilan kami


Duh Maha Guru cakrawala segala kemungkinan dan ketidakmungkinan, wilayah tak berhingga dari segala ketinggian dan keagungan, penggenggam kunci misteri kebenaran dan keadilan, satu-satunya yang sanggup menerangkan cinta dan keindahan.

Ampunilah Ketidaksabaran kami


Duh Maha Raja yang bertahta tanpa singgasana, yang bersemayam tanpa tempat, yang bernafas tanpa udara, yang berenang tanpa samudra, yang menerangi, tanpa cahaya, yang hidup tanpa kehidupan, yang suci dari segala ilmu kandungan ruang dan waktu

Ampunilah keangkuhan kami


Duh Maha Pendekar yang sanggup meremas seluruh tata jagad raya menjadi setetes sunyi, yang mampu meniup kehidupan ini sekarang juga sehingga menjadi tiada, yang dengan seucapan “KUN” bias membuat segala sesuatu menjadi sia-sia

Ampunilah kebusukan hati kami


Duh Maha Kekasih, kalau tak Paduka bangunkan kami dari tidur, kalau Paduka potong Seurat nadi kesadaran kami, kalau Paduka hempaskan dan aduk gunung-gunung dan samudra dengan ujung jari Paduka tanpa Paduka kami semua Paduka matikan. Duh Maha Kekasih, Duh Maha Kekasih

BERKAHILAH PROFESI KAMI…


Tambahan dari Pak Achmad Agus S:


"Wahai Engkau Pemegang Keampunan, ampunilah aku, karena baru kusadari bahwa diriku ini tidak banyak mohon ampun kepadamu ...."

7 komentar:

KARSO MULYO mengatakan...

Emang berat ya bu jadi manusia itu. Ingin ke surga tapi banyak tantangan. Makanya taqwa itu ibarat hati-hati melangkah di jalan yang berduri. Thank for attention.

Achmad Agus S, S.Pd. mengatakan...

Puisi bagus,bu mulyati. baru kusadari kita ini perlu banyak mohon ampun.
kalau buleh saya tambahkan:
"Wahai Engkau pemengang keampunan, ampunilah aku, karena baru kusadari bahwa diriku ini tidak banyak mohon ampun kepadamu ...."

Mulyati mengatakan...

Terimakasih Pak Karso dan Pak Agus.
Memang kadang-kadang kita sebagai manusia terlambat untuk menyadari kekeliruan kita. Tapi ndak pa-pa pak. Pepatah mengatakan "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali".
Terima kasih.

suharnagurusertifikasi mengatakan...

Mari kita belajar dan mengambil hikmah dari sana, semoga kita segera sadar dan segera berbuat untuk perubahan karena semua akan berubah satu-satunya yang tidak mau berubah adalah perubahan itu sendiri

Iwan Sumantri mengatakan...

Wah Bu Kutipan Puisi nya menyentuh Kalbu, ternyata kita selama ini lalai, merasa selalu benar !! Mudah-mudahan dengan membaca puisi tersebut kita selalu tafakur dan meminta ampun kepadaNya!!

Tri Mulyono Edi Saputro mengatakan...

yang terpenting bu, kita harus selalu ikhlas dalam melaksanakan segala sesuatu jangan mengharap materiil dulu karena akan mengakibatkan selalu kekurangan, tetapi mengharap ridho-Nyalah setiap melangkah agar selalu tenang dalam menjalani hidup ini......

Mulyati mengatakan...

Memang benar pak apa yang Bapak-bapak sampaikan. Asal kita ikhlas menjalani insyaalah Allah akan mendampingi kita untuk tidak lalai dan insyallah melimpahkan rizki yang kadang-kadang di luar dugaan kita. Terimakasih kunjungannya...Semoga kita tetep bisa sharing pengetahuan dan pengalaman...