Tugas Kuliah Perencanaan Pembelajaran

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh: Mulyati

I. PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis dan matematika diskrit (Moch Masykur & Abdul Halim Fathani, 2007: 52). Atas dasar itulah di Indonesia pelajaran matematika diberikan sejak bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT), bahkan sejak playgroup dan Taman Kanak-kanak (TK) matematika sudah diberikan meskipun secara tersirat dalam bentuk permainan.
Pesatnya arus globalisasi dan akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan pendidikan matematika di Indonesia masih menghadapi tantangan yang berat berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan dengan indikator rendahnya prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Rendahnya prestasi belajar tidak hanya pada aspek kemampuan untuk mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive) tetapi juga aspek rendahnya sikap (attitude) terhadap matematika (Zulkardi, 2003).
Indikator aspek pertama ditunjukkan dengan hasil-hasil pada level Internasional seperti Olimpiade Matematika (International Mathematics Olimpic/IMO). Selain itu dari hasil studi TIMSS (Third International Mathematics and Social Science) peringkat murid Indonesia (Grade-8, setara kelas 2 SMP) yaitu 34 dari 38 negara (Zulkardi, 2003). Pada level nasional ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata matematika siswa di sekolah dan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman konsep dasar matematika siswa dan siswa belum bisa memahami formulasi, generalisasi, dan konteks kehidupan nyata dengan ilmu matematika (Nurhayati Abbas, 2004).
Pada aspek sikap murid, selama ini pelajaran matematika menjadi hantu yang menakutkan karena image yang mengganggu pikiran sebagian besar siswa yaitu matematika dianggap sebagai ilmu yang kering, teoritis, penuh dengan lambang-lambang, rumus-rumus yang sulit dan sangat membingungkan (Moch Masykur & Abdul Halim Fathani, 2007: 35). Bahkan Herman Maier (1996) mengistilahkan matematika sebagai “buku yang terkunci dengan tujuh segel“. Pendapat ini berkaitan erat dengan karakteristik matematika yang abstrak (Mohammad Soleh, 1998: 6; Abdusysyakir, 2007: 7).
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah peran guru dalam proses pembelajaran matematika. Selama ini juga ada asumsi bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika yaitu ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini guru lebih banyak mendominasi pembelajaran di kelas dan mengajar secara konvensional (Nurhayati Abbas, 2004). Selain itu juga disebabkan guru tidak bisa mengembangkan kreativitasnya, dan proses pembelajaran yang berlangsung selama ini menggunakan paradigma mengajar bukan paradigma belajar. Guru yang aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa, dan siswa menerima secara pasif. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa yang berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan matematika.

II. MENYIAPKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP
Sebagai upaya mendapatkan hasil belajar matematika yang optimal maka fdituntut peran guru yang kompeten. Guru yang kompeten akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya dengan baik, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Agar pembelajaran dapat efektif maka sebelum menyampaikan pembelajaran guru dituntut untuk menyiapkan berbagai komponen yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran efektif. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

1. Menyiapkan Sumber Belajar
a. Pengertian
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (association of Education and Communication Technology/AECT) Amerika dalam Didik Hartoko (2004: 2), menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber (baik ada data, orang, atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa.

b. Tujuan
Tujuan penggunaan sumber belajar adalah:
1). Terciptanya pembelajaran matematika
2). Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pembelajaran
3). Memperoleh bahan yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran
4). Memperoleh hasil yang sesuai dengan kompetensi pembelajaran
5). Memberi pengalaman seluas-luasnya pada siswa
6). Menggali ilmu dan memahami konsep matematika

c. Manfaat
Manfaat penggunaan sumber belajar adalah:
1). Tidak salah konsep matematika,
2). Informasi dapat diserap dengan baik,
3). Menumbuhkan inspirasi dalam pikiran manusia untuk membangun pengetahuan baru
4). Memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari.

d. Macam
Sumber belajar menurut Didik Hartoko (2004: 2) meliputi pesan, orang, bahan, peralatan teknik dan lingkungan.
1). Pesan adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data.
2). Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, widyaiswara, dan siswa sendiri
3). Bahan, merupakan perangkat yang mengandung pesan-pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contohnya: buku teks, modul, transparansi, kaset program (audioatau video), film, slide atau program (software) komputer.
4). Alat adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya: OHP, tape recorder, video player, proyektor (slide, film), dan komputer.
5). Teknik yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan (demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka, dll).
6). Lingkungan adalah situasi di sekitar terjadinya proses belajar mengajar di mana pembelajar menerima pesan. Lingkungan dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan fisik (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, bengkel, pabrik, dll) dan lingkungan non fisik ( tata rang, kebisingan/ketenangan ruang belajar, cuaca, dll).

e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Strategi penggunaan sumber belajar harus menyesuaikan dengan komponen-komponen berikut:
a). Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
b). Karakteristik siswa yang menggunakan sumber belajar,
c). Karakteristik sumber belajar yang akan digunakan,
d). Waktu dan biaya yang diperlukan untuk membuat sumber belajar,
e). Kemudahan dalam memperoleh sumber belajar
2). Potensi penggunaan sumber belajar adalah;
a). Memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki,
b). Menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa, sehingga siswa mengalami sendiri terjadinya proses belajar,
3). Kendala penggunaan sumber belajar adalah:
a). Tidak tersedia sumber belajar
b). Waktu dan biaya untuk mempersiapkan sumber belajar, karena kerepotan guru mempersiapkan administrasi sekolah,
c). Tidak ada satu jenis sumber belajar yang cocok untuk satu proses belajar.
f. Contoh Kasus
Belum berubahnya paradigma mengajar guru, di mana masih banyak guru yang menggunakan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar.

2. Menyiapkan LKS
a. Pengertian
LKS (Lembar Kerja Siswa) adalah salah satu media pengajaran yang termasuk kelompok sarana (bukan alat peraga). LKS adalah suatu lembaran yang diberikan kepada siswa sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (Ganung Anggraeni, 2002: 2).
b. Tujuan
Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1). Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa.
2). Mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
3). Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
c. Manfaat
Manfaat LKS adalah (Ganung Anggraeni, 2002: 4):
1). Mengoptimalkan pelayanan kepada siswa,
2). Menghemat waktu atau mempercepat proses pembelajaran
3). Menggugah minat belajar siswa (jika ditulis secara menarik dengan gambar-gambar yang relevan dan menantang rasa ingin tahu siswa).
4). Mendukung keaktifan belajar siswa
Selain manfaat di atas, penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah juga bermanfaat sebagai berikut.
1). Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2). Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3). Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4). Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5). Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
d. Macam LKS
1). LKS Tak Berstruktur
LKS tak berstruktur berupa lembaran yang diberikan kepada siswa dalam usaha mengefisienkan kegiatan belajar mengajar
Contoh:
a). Lembaran yang memuat suatu kelompok data dan sajiannya berupa grafik yang dikutip dari media masa dan dapat dimanfaatkan guru dalam membahas materi yang relevan dalam statistik.
b). Lembaran berupa kertas bertitik, kertas berpetak atau kertas milimeter. Lembaran ini dapat dimanfaatkan siswa pada saat mempelajari materi dengan tujuan memudahkan kegiatan belajar agar efisien dan efektif.
2). LKS berstruktur
LKS berstruktur adalah LKS yang dirancang dengan tujuan untuk membimbing siswa dalam mepelajari suatu materi pelajaran yang terkait dengan konsep, prinsip atau pengenalan suatu algoritma. LKS berstruktur memuat komponen-komponen sebagai berikut:
a). Judul, yang terdiri dari identitas siswa, materi pelajaran, tanggal mengerjakan LKS dan waktu untuk menyelesaikan LKS.
b). Tujuan, memuat apa yang akan dipelajari siswa dan pengalaman belajar yang akan diperoleh dari proses belajar menggunakan LKS.
c). Petunjuk belajar atau bekerja bagi siswa untuk mengerjakan LKS,
d). Isi atau uraian kegiatan belajar, yang berupa sajian yang ditata secara urut sehingga mewujudkan proses belajar terbimbing sehingga dicapai tujuannya atau diperoleh pengalaman belajar yang diharapkan.
e). Evaluasi proses belajar mengajar, yang berisi soal, pertanyaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Strategi penyususnan LKS harus melalui langkah-langkah berikut:
a). Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.
b). Menyusun peta kebutuhan LKS.
c). Menentukan topik-topik materi LKS.
d). Penulisan LKS.
i. Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus,
ii. Menentukan alat penilaian,
iii. Menyusun materi.
2). Potensi penggunaan LKS sumber belajar adalah;
a). Memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki,
b). Dengan penggunaan LKS merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
c). Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan.
3). Kendala penggunaan LKS adalah:
a). Tidak semua guru mampu menyusun LKS yang baik,
b). Waktu dan biaya untuk mempersiapkan LKS karena kerepotan guru mempersiapkan administrasi sekolah,
f. Contoh Kasus
Masih melekatnya persepsi para guru, di mana LKS berisi rangkuman materi dan kumpulan soal-soal yang harus dikerjakan siswa.

3. Menyiapkan Alat Peraga
a. Pengertian
Menurut Pujiati (2004: 3) alat peraga merupakan bagian dari media. Oleh karena itu istilah media perlu dipahami lebih dahulu. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud sebagai perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Sedangkan Djoko Iswadji dalam Pujiati (2004: 3) menyatakan alat peraga matematika merupakan seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Menurut Didik Hartoko (2004: 5) alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau kongkrit, sedangkan Moh Uzer Usman (2005: 31) alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme (tahu istilah tapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya) pada diri siswa.
b. Tujuan
Tujuan utama dari penggunaan alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, sehingga memperjelas pemahaman siswa dan siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut.
c. Manfaat
Manfaat dan penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika adalah (Moh Uzer Usman, 2005: 32):
1). Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.
2). Memperbesar perhatian siswa
3). Membuat pelajaran lebih bermakna dan tidak mudah dilupakan
4). Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa
5). Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu
6). Menarik minat siswa dalam belajar,

d. Macam Alat Peraga
1. Benda kongkret di sekitar siswa misalnya papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga untuk menerangkan bangun geometri datar persegi panjang.
2. Model, misalnya model bangun datar atau bangun ruang,
3. Charta (diagram atau gambar)
e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Strategi pemilihan alat peraga hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Moh Uzer Usman, 2005: 32):

a). Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan dalam kelompok,
b). Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan mudah digunakan;
c). Harus direncanakan dengan teliti dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan;
d). Penggunaan alat peraga harus dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi
e). Menyesuaikan dengan biaya yang tersedia.
2). Potensi pemanfaatan alat peraga adalah dengan menggunakan alat peraga akan menarik minat belajar siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
3). Kendala penggunaan alat peraga adalah:
a). Tidak ada alat peraga yang dianggap paling baik,
b). Tidak semua materi pelajaran cocok menggunakan alat peraga;
c). Kesalahan penggunaan alat peraga menyebabkan siswa sulit memahami materi yang diajarkan;
d). Tidak semua guru mampu menggunakan alat peraga dengan baik;
f. Contoh Kasus
Permasalahan dalam pembelajaran berkaitan dengan penggunaan alat peraga adalah bahwa tidak semua guru mau dan mampu menggunakan alat peraga dengan baik.

4. Menyiapkan Skema Pembelajaran (Jigsaw)
a. Pengertian
Skema pembelajaran adalah langkah-langkah atau alur kegiatan atau rantai kognisi untuk sampai pada materi, yang dipersiapkan oleh guru dalam mengkondisikan pembelajaran dari pendahuluan sampai penutup.
b. Tujuan
Tujuan penggunaan skema pembelajaran adalah agar pembelajaran efektif, efisien dan kondusif sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
c. Manfaat
Manfaat adanya skema pembelajaran adalah:
1). Memberikan arah bagi guru dalam mengelola pembelajaran, menerapkan metode, pendekatan dan model pembelajaran;
2). Mempermudah peserta didik dalam merespon berbagai instruksi yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik tidak merasa kebingungan.
d. Macam-macam Skema Pembelajaran
Berbagai macam skema pembelajaran sebagai contoh adalah tipe-tipe model pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Team Games Tournament (TGT), dll. Pada mata kuliah ini model pembelajaran yang diterapkan adalah tipe Jigsaw:


e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Startegi dan langkah-langkah menyusun skema pembelajaran adalah harus memperhatikan berbagai hal berikut:
a). Sisi pencapaian kompetensi.
Penyusunan skema pembelajaran harus memuat semua apek pencapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu sikap (attitude), metode (method), dan isi (content).
b). Sisi struktur
Penyusunan skema pembelajaran, harus mencakup tiga tahapan kegiatan yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup.
c). Sisi pola interaksi siswa
Penyusunan skema pembelajaran harus memperhatikan pola interaksi siswa baik secara klasikal, kelompok, maupun individu.
d). Sisi perilaku hasil belajar yang bersifat hierarkis yang dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom (Dimyati & Mudjiono, 2006: 26-27) meliputi tahapan berikut:
i. Pengetahuan, yaitu mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan,
ii. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari,
iii. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah nyata dan baru,
iv. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik,
v. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,
vi. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tenatng beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
2). Potensi pengguanaan skema pembelajaran adalah merupakan acuan (pedoman) guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran bisa efektif dan efisien.
3). Kendala yang sering dihadapi berkaitan dengan skema pembelajaran adalah:
a). Kesulitan dalam memilih skema yang tepat untuk menanamkan suatu konsep tertentu,
b). Setelah skema disiapkan dan diterapkan ternyata tidak sesuai dengan yang direncanakan,
c). Kesulitan dalam mengarahkan suatu skema agar masuk ke materi atau konsep yang akan dipahami siswa.
f. Contoh Kasus
Beberapa permasalahan yang sering ditemuai dalam penerapan skema pembelajaran adalah:
1). Jumlah siswa tidak sesuai dengan yang diperkirakan, karena ada siswa yang tidak masuk,
2). Peralatan yang mestinya disiapkan siswa tidak lengkap,
3). Siswa tidak mau diajak berpikir aktif, hanya menginginkan yang instan-instan saja.

5. Menyiapkan Kegiatan Penilaian (Asesmen)
a. Pengertian
Istilah penilaian yang disampaikan National Council of Teacher Mathematics (NCTM) dalam Standar Penilaian (Assesment Standars) adalah ”proses mengumpulkan keterangan mengenai pengetahuan siswa, kecakapan menggunakan, dan watak atau sikap terhadap matematika dan proses membuat kesimpulan dari bukti-bukti tersebut untuk berbagai kepentingan (Van de Walle, 2008: 80).
b. Tujuan
Tujuan dari penilaian adalah: (Van de Wale, 2008: 81-82):
1). Memonitor kemajuan siswa, di mana penilaian harus memberikan umpan balik terus menerus mengenai kemajuan dalam pencapaian tujuan,
2). Membuat keputusan pengajaran, di mana penilaian dapat memberikan informasi-informasi perkembangan siswa untuk menyusun perencanaan dan membantu siswa dalam pengajaran
3). Mengevaluasi keberhasilan siswa, yaitu proses penentuan manfaat, dari atau mengaitkan suatu nilai terhadap sesuatu berdasarkan pemeriksaan dan penilaian yang teliti
4). Mengevaluasi program, di mana data penilaian dapat digunakan sebagai sebuah komponen dalam menjawab pertanyaan apakah program dapat terlaksana sesuai tujuan.
c. Manfaat
Manfaat penilaian adalah:
1). Untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan belajar siswa,
2). Sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya,
3). Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan remidial dan pengayaan
4). Sebagai bahan laporan terhadap orangtua siswa.
d. Macam
Macam-macam penilaian (Sri Wardhani, 2004: 5):
1). Kuis atau pertanyaan singkat,
2). Pertanyaan lisan,
3). Tugas individu,
4). Tugas kelompok
5). Ulangan harian
6). Laporan kerja praktek
e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Strategi pelaksanaan asesmen menurut Mohammad Soleh (1998: 26-27):
a). Asesmen dapat dilakukan dalam berbagai teknik, misalnya tes tertulis, pertanyaan lisan, mendengarkan, pengamatan kerja praktek atau pemeriksaan karya tulis siswa,
b). Asesmen harus mencakup semua tahapan pengetahuan, yaitu pembentukan konsep dan prinsip, kelancaran melakukan operasi (skill), keterampilan menerapkan konsep dalam konteks, dan kreativitas memecahkan masalah dan investigasi.
c). Asesmen harus terjadi sepanjang pembelajaran.
2). Potensi asesmen adalah memungkinkan guru memberikan bantuan secepatnya kepada siswa yang mengalami kelambatan belajar, serta dapat membantu dan mendorong guru mengajar lebih baik.
3). Kendala yang dihadapi dalam proses asesmen adalah sulitnya mengukur seluruh aspek kemampuan siswa sekaligus. Jika memungkinkan akan membutuhkan waktu lama dan prosedur yang rinci, sehingga menyulitkan guru.
f. Contoh Kasus
Asesmen selama ini belum memenuhi kaidah-kaidah penilain yang sebenarnya, karena hanya dengan tes pada jangka waktu tertentu (akhir pelajaran) dan menekankan pada kemampuan kognitif. Menurut Van de Walle (2008: 80 ) penilaian tradisional juga lebih memfokuskan pada apa yang ”siswa tidak ketahui” (berapa banyak jawaban salah).

6. Menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
a. Pengertian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam silabus.
b. Tujuan
Tujuan penyusunan RPP adalah sebagai acuan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar lebih efisien dan efektif.
c. Manfaat
Manfaat penyusunan rencana pembelajaran adalah dapat memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran dan sebagai refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
d. Macam
Komponen utama RPP memuat hal-hal sebagai berikut:
1). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2). Indikator
3). Tujuan pembelajaran
4). Materi ajar
5). Kegiatan Pembelajaran
6). Metode Pembelajaran
7). Sumber Belajar
8). Alat penilaian
e. Strategi, Potensi dan Kendala
1). Strategi dalam menyusun RPP adalah:
a). Mengisi kolom identitas
b). Menentukan alokasi waktu
c). Menentukan SK dan KD dan indikator dan merumuskan tujuan
c). Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pembelajaran,
d). Menentukan metode pembelajaran,
e). Merumuskan langkah-langkah pembelajaran
f). Menentukan alat/bahan/sumber belajar
g). Menyusun alat penilaian.
2). Potensi RPP dalam kegiatan pembelajaran adalah memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran,
3). Kendala penyusunan RPP adalah ketidakurutan materi dalam kurikulum (tidak tersususn secara hirarkis).
f. Contoh Kasus
Permasalahan di lapangan berkaitan dengan RPP adalah banyak guru meskipun menyusun RPP tapi dalam proses pembelajarannya tidak mengacu pada RPP yang disusun.

C. KESIMPULAN
Beberapa strategi pengembangan pembelajaran matematika yang perlu dipersiapkan guru adalah:
  1. Dalam penggunaan sumber belajar harus menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, karakteristik sumber belajar dan waktu serta biaya untuk membuat/mencari sumber belajar,
  2. Dalam menyusunLKS hendaknya dilakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi, menyusun peta kebutuhan LKS dan menentukan topik-topik materi yang akan dibuat LKS,
  3. Pemilihan alat peraga hendaknya menyesuaikan dengan kematangan dan pengalaman siswa, harus dipilih secara tepat, memadai, dan mudah digunakan, serta menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
  4. Langkah-langkah menyusun skema pembelajaran, hendaknya memperhatikan : pencapaian kompetensi siswa, struktur skema pembelajaran, pola interaksi siswa, hirarki perilaku hasil belajar, dan pencapaian hasil belajar.
  5. Kegiatan Asesmen dapat dilakukan dalam berbagai teknik, mencakup semua tahapan pengetahun, terjadi sepanjang pembelajaran dan didasarkan materi esensial dan benar-benar relevan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.
  6. Dalam penyusunan RPP perlu ada keterpaduan yang hirarkis antara materi-materi yang diajarkan sehingga memudahkan pemahaman siswa.

III. DAFTAR PUSTAKA

Abdusysyakir, 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN-Malang Press.

Didik Hartoko, 2004. Media Pembelajaran. Disampaikan dalam Workshop Peningkatan Pemahaman Kurikulum Guru SMP yang diselenggarakan oleh Subdin Pengembangan Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan Seksi PTK-SLTP. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Tanggal 7 – 19 Maret 2004 di LPMP Jawa Tengah.

Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ganung Anggraeni, 2002. Penyusunan dan Pemanfaatan LKS dan LT dalam Pembelajaran Matematika. Disampaikan pada Pelatihan Penggunaan Alat Peraga Matematika bagi Guru-guru SLTP tanggal 27 Oktober s.d. 3 Nopember 2002.

Herman Maier, 1996. Kompendium Didaktik Matematika. Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Moch Masykur & Abdul Halim Fathani, 2007. Mathematical Intelligence. Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Mohammad Soleh, 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moh. Uzer Usman, 2005. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Nurhayati Abbas, 2004. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 051 Th ke-10 2004.

Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Makalah disajikan dalam Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 – 23 Oktober 2004 di PPPG Matematika Yogyakarta. Kerjasama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Yogyakarta.

Sri Wardhani, 2004. Prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi di SMP. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar Tingkat Nasional. Tanggal 10 – 23 Oktober 2004. Kerjasama Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dan PPPG Matematika Yogyakarta.

__________, 2006. Penyusunan KTSP dan Kajian Standar Isi/Standar Kompetensi Lulusan Mapel Matematika SMP/Mts. Disampaikan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SMP Mata Pelajaran Matematika. Kerjasama Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK dan PPPG Matematika Tanggal 23 November s/d 2 Desember 2006 di PPPG Matematika Yogyakarta.

Van De Walle, John, 2008. Elementary and Midle School Mathematics (Matematika Sekolah Dasar dan Menengah). Edisi Keenam. Alih Bahasa: Dr Suyono, MSi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Zulkardi, 2003. Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika Melalui Mutu Pembelajaran. www.pmri.or.id. Akses: tanggal 10 November 2003.

3 komentar:

Dr. Marsigit, M.A mengatakan...

Selamat atas Blog Ibu Mulyati. Mohon tetap dijaga orisinalitas idea-idea ibu dan hindarkanlah segala bentuk plagiarisme. (Dosen: Dr. Marsigit)

Mulyati mengatakan...

Terimakasih Bapak atas tanggapannya. Mohon maaf tugasnya baru ke"posting" satu. Insyaallah saran Bapak untuk menjaga orisinalitas dan menghindari plagiarisme akan tetap saya pegang teguh. Semua pendapat (ide) orang lain yang saya kutip dalam mengerjakan tugas dari Bapak, kami cantumkan sumbernya. Nuwun.

buwel mengatakan...

waaahhh guru matematika ya bu...heehehehe..maaf baru tahu..