Refleksi Pembelajaran

USAHA GURU MENINGKATKAN PBM MATEMATIKA
MENUJU KUALITAS KEDUA
Antara Teori dan Pengalaman


Guru memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika Untuk mencapai kulaitas kedua (The Second Quaility of Teaching) dalam pembelajaran tersebut diperlukan berbagai terobosan baik peningkatan kompetensi guru, model pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika, penggunaan media maupun metode pembelajaran inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik baik secara individual, klasikal maupun kelompok.

Sayangnya banyak guru (termasuk saya), karena tuntutan administrasi dan taget kurikulum kadang-kadang bahkan sering menggunakan pendekatan konvensional yang berpusat pada guru (teacher centered) dan berorientasi pada tahap pembukaan-penyajian-penutup. Setelah mengikuti ulasan Dr Marsigit pada kuliah Perencanaan Pembelajaran pola pembelajaran semacam ini menurut pendapat penulis menjadi sesuatu yang “mengkhawatirkan”. Hal ini disebabkan pola pembelajaran tersebut menganggap murid sebagai obyek yang harus menurut skenario guru, sehingga proses belajar tidak membuat siswa untuk berpikir, tetapi lebih banyak menghapal doktrin dari guru. Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara membimbing peserta didik merekonstruksi pengalamannya sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik harus menemukan pengetahuan-pengetahuan secara mandiri.

Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik, sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri. Dengan kata lain diharapkan guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik dalam belajar matematika. Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin. Dengan pola ini diharapkan proses belajar mengajar matematika menjadi lebih berkualitas.

Langkah kongkret yang perlu dilakukan agar prses belajar mengajar matematika berkualitas adalah:
  1. Pentingnya komitmen guru untuk mengubah paradigma berpikir (mind set) dari pola tradisional (sebagai satu-satunya sumber pengetahuan) menuju pembelajaran inovatif yang menempatkan diri sebagai fasilitator bagi peserta didik. Pengalaman saya sebagai guru adalah berusaha mencegah diri agar tidak otoriter (sebagai satu-satunya sumber informasi) dan mengajak guru anggota MGMP matematika sekolah untuk mendiskusikan langkah-langkah menyusun RPP dan LKS (bukan sekedar kumpulan soal) yang memungkinkan siswa aktif belajar.
  2. Menciptakan kondisi belajar yang positif (menciptakan lingkungan yang menggugah dan menggembirakan), memberi inspirasi, motivasi serta menumbuhkan perasaan diperhatikan sebagai individu.Usaha saya untuk mencapai harapan tersebut adalah memberikan respon (penghargaan) terhadap perilaku siswa yang baik (positif) dan meberikan peringatan secara halus (bijak) kepada siswa yang berperilaku buruk sehingga siswa tidak merasa dilecehkan tetapi merasa dihargai. Dengan langkah ini ternyata siswa dapat instropeksi diri akan kekeliruannya dan tidak segan-segan berinteraksi dan bercerita banyak hal dengan saya.
  3. Menumbuhkan minat dan motivasi siswa, sehingga siswa memusatkan perhatian terhadap apa yang disampaikan guru. Langkah ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat peraga yang sesuai dan terkait dengan materi yang diajarkan. Sebagai guru langkah yang pernah saya sampaikan untuk siswa adalah memanfaatkan benda-benda di sekitar siswa untuk menyajikan materi yang lebih menarik. Sebagai contoh saya pernah menyampaikan materi pecahan dengan mengaitkannya dengan mewarnai dan kolase sehingga siswa sangat antusias. Selain itu untuk menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika saya juga menyampaikan kepada siswa bahwa matematika sangat berkaitan dengan bidang-bidang apaun di lingkungan kita bukan saja eksakta tetapi juga agama dan seni/sastra. Sebagai contoh bilangan 19 dalam Al Qur’an merupakan bilangan istimewa, karena banyak Surat-surat di dalam Al Qur’an yang ayat-ayatnya tersusun dari bilangan 19. Kaitannya dengan seni, banyak tokoh-tokoh matematika ternyata sangat mencintai seni, karena di dalam matematika tidak melulu tersusun dari angka-angka tapi juga mengandung keindahan.
  4. Menerima keberagaman pribadi anak didik yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga guru harus mengajar dengan kedalaman nilai-nilai paedagogis, sehingga menekankan belajar yang memposisikan diri sebagai “mitra belajar bagi siswa”, sehingga selain siswa menguasai aspek kognitif dan afektif juga menumbuhkan pembelajaran yang menghidupkan nilai-nilai humanisme dalam diri peserta didik. Pengalaman saya sebagai guru adalah menyampaikan kepada siswa bahwa dalam belajar matematika terkandung nilai-nilai bukan sekedar pengetahuan saja yang harus dikuasai tetapi tumbuhnya sikap positif (akhlak yang baik), misalnya suka bekerja sama, tolong menolong dan menghargai orang lain. Selain itu saya juga menanamkan akan pentingnya kepedulian siswa terhadap lingkungan dan juga terhadap teman sekelasnya dan menekankan bahwa “perbedaan dan keanekaragaman akan menambah khazanah kehidupan”. Implementasi dari nilai-nilai yang saya tanamkan adalah murid-murid saling memberi hadiah (meskipun hanya senilai Rp 2.000,00) ketika temannya ulang tahun. Pernah juga siswa yang saya ampu iuran untuk membelikan sepatu temannya, karena sepatunya sudah bolong dan tidak mampu membeli.Sayangnya pengalaman-pengalaman berkesan tentang kepedulian siswa ini sulit sekali saya tanamkan pada murid-murid saya pada tahun pelajaran ini.
  5. Pentingnya usaha peningkatan kompetensi guru agar kompeten (memiliki pengetahuan kontekstual dan substansial untuk menciptakan proses belajar mengjar matematika yang lebih inovatif. Hal ini perlu dilakukan medapat literature reevan (buku, internet) sebagai sumber investasi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya. Beberapa langkah yang telah saya lakukan adalah menyisihkan sedikit dana untuk akses internet untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan bar tentang pembelajaran matematika dan ”berburu” berbagai buku/literatur matematika dari luar negeri (buku second) yang ternyata lebih sederhana dalam penyampaian materinya tetapi lebih bermakna.

Demikian sedikit pengetahuan dan pengalaman saya, mohon tanggapan dari Bapak Marsigit. Terimakasih.

6 komentar:

Dr. Marsigit, M.A mengatakan...

Guru biasa memberitahukan, Guru baik menjelaskan, Guru ulung memperagakan, Guru hebat mengilhami. (W. Arthur Ward)
Tanggapan dari saya:
Bukankah sebagai guru kita perlu memberitahu, menjelaskan, memperagakan dan mengilhami sekaligus. Itu pun masih kurang yaitu perlu bersama-sama dengan mereka (siswa) terlibat dalam membangun dunia, yaitu dunia siswa, dunia matematika, dunia sekolah, dunia ilmu dan dunia akhirat tentunya dengan metode menterjemahkan dan diterjemahkan dalam konteks waktu lampau, sekarang dan akan datang. Itulah prinsip Hermenitika kehidupan. Dengan demikian kita tidak akan kehilangan nurani kita setinggi apapun ilmu kita. Selamat buat Ibu Mulyati yang sangat produktif dan kelihatannya sudah enjoy dengan Blognya. Begitulah Ibu telah menggambarkan bagaimana menterjemahkan dan diterjemahkan. Seali lagi Selamat dan terus berjuang (Dosen: Dr. Marsigit)

Mulyati mengatakan...

Terimakasih atas tanggapan dan atensi Bapak pada blog saya. Memang apa yang selama ini bapak tugaskan awalnya begitu berat, namun ketika kita menjalaninya dengan kesungguhan dan keikhlasan membuat semuanya terasa ringan seperti kapas terbang. Meski apa yang saya lakukan belum seberapa (maklum baru belajar). Namun semua yang Bapak sampaikan di kelas maupun di blog Bapak sangat memberikan "pencerahan" untuk saya. Semoga semua yan bapak sampaikan bisa lebih memacu saya dan teman-teman meningkatkan kualitas diri dengan belajar dan terus belajar....Terimakasih.

Budiharjono mengatakan...

Menurut saya apa yang ibu pikirkan dan lakukan adalah sesuatu yang bagus yang mudah-mudahan dapat juga dilakukan oleh guru-guru yang lain di Indonesia. Pada dasarnya semuanya harus berpusat pada bagaimana seorang guru bisa memberikan bimbingan yang lebih dekat kepada siswa, dalam artian tahu akan kelebihan dan kekurangan pada siswa. Sebagus apapun metode dan cara yang digunakan kalau tidak disesuaikan dengan kondisi anak, hasilnya kurang maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jelas ini semua memerlukan waktu yang banyak bagi guru dalam pelaksanaannnya, karena siswa yang ditangani cukup banyak saat ini apabila dilihat dari jumlah siswa yang harus ditangani saat ini oleh seorang guru saat ini yang jumlahnya masih sedikit.

Iwan Sumantri mengatakan...

Mudah-mudahan usaha yang ibu lakukan juga bisa saya lakukan khususnya, umumnya semua guru, itupun tergantung pada diri guru yang bersangkutan

Mulyati mengatakan...

Terimakasih atas atensi n kunjungan Pak Budi dan Pak Iwan pada blog saya, semoga bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang lain dan saya tunggu komentar rekan-rekan yang lain.

Anonim mengatakan...

makasih atas referensix Bu!
mudah2an membantu saya dalam tahap penyelesaian! dari ulfa di makassar