Jaring-Jaring Limas Yang Membuat Gemas

DO PUTARAN KETIGA


Rabu, 11 Maret 2009 adalah giliran saya dan Pak Tri melaksanakan DO putaran terakhir di SMP 15 Yogyakarta. Meski banyak hal yang mesti saya perbaiki. Misalnya tentang proses apersepsi yang sempat membuat saya mengubah skenario karena siswa tidak mengerjakan PR juga perhatian saya yang kurang jeli, karena salah satu siswa “tertangkap” observer nyambi membaca novel. Proses apersepsi yang semula membuat siswa “mati gaya” karena mungkin PR pertemuan sebelumnya sangat sulit (Masalahnya editor soalnya teman kami yang “pakar geometri”, yaitu Pak Ade. Barangkali sealiran dengan Pak Kirman, he…he…).


Beruntung anak yang deadlock menamai sudut-sudut jaring-jaring kubus, tidak berlangsung lama, karena saya segera masuk ke inti pembelajaran untuk membahas jarring-jaring prisma dan limas. Tapi satu hal yang saya peroleh dari proses apersepsi yang deadlock adalah bahwa anak paham betul ketika membuat jaring-jaring kubus tanpa nama titik sudut, tetapi ketika diminta memberi nama titik sudut-titik sudut dari sebuah jaring-jaring kubus mereka mengalami kesulitan. Menurut saya hal ini wajar, karena saya sendiri sebagai guru ketika mendapat materi tersebut dalam kuliah Pendalaman Materi awalnya juga mikir lama…


Namun begitu masuk ke kegiatan inti jaring-jaring prisma dan limas, berdasarkan pengamatan yang dilakukan tim, proses pembelajaran berlangsung interaktif dan menarik. Ternyata anak-anak sangat kreatif, dan berhasil menemukan banyak macam jaring-jaring prisma dan limas yang awalnya tidak kami pikirkan. beberapa kelompok, tidak cukup dengan lembar kerja yang kami sediakan. Saking asyiknya sampai batas waktu yang dtetapkan siswa juga tidak mau berhenti, bahkan banyak yang menyatakan pulangnya diundur juga tidak apa-apa…(Wah, kapan ada murid saya yang begini ya…)


Bahkan kelompok yang mendapat giliran menemukan jaring-jaring limas segi enam, sampai gemas karena waktu sudah habis tapi menurut mereka masih ada yang belum sempat digambar (Akibatnya yang sudah digambar pun ada sisi yang tercecer satu). Dan ternyata anak-anak jeli, karena hal ini ditemukan kelompok lain saat presentasi. Proses penyanggahan atau menanggapi juga lebih “elegan” dibanding DO sebelumnya. Anak-anak tidak berebutan dan saling mengejek lagi, tetapi menyanggah dengan cara yang tertib. Intinya mereka semakin paham perbedaan pendapat dalam azas demokrasi. Hikmah yang perlu kita petik adalah “KADANG-KADANG KITA ORANG DEWASA (GURU) PERLU BELAJAR DARI MURID-MURID KITA” atau dengan istilah Jawa: KEBO NUSU GUDEL.

3 komentar:

Agus supranto,S.Pd mengatakan...

Foto-fotonya kok pelit to bu,....kasih yang banyak biar meriah !

Mulyati mengatakan...

Waduh nanti kalau kebanyakan loadingnya lama pak... Mungkin di komputer kita nggak lama, siapa tahu yang di warnet lemot... Kasihan nanti kapok yang berkunjung...

RUSGIANTO'S BLOG mengatakan...

Kalau untuk jaring-jaring kubus n limas untuk siswa SMP terlalu sulit buat memberi nama, begitu menurut saya Bu Mulyati.
Kalau untuk siswa SMA mungkin lebih pas.
Untuk jaring-jaring kubus tipe (1,4,1) ada 6, tipe (2,3,1) ada 3, tipe (2,2,2) ada 1, dan tipe (3,3) ada 1. Semua ada 11, jadi untuk kubus ABCD.EFGH pemberian nama kesebelas jaring-jaring tersebut ada 11 x 6 x 2 = 528 alternatif.
Tolong Bu Mul dilihat silabus Volume Kerucut, tabung dan bola di tingkat SD, SMP, SMA/SMK kok kayanya sama ya. Gimana ini teman-teman apa siswa nggak jenuh?